Dinas Pariwisata Sleman melaksankan kegiatan table top/travel dialog ke Kota Kediri dan Kabupaten Tulungagung. Table top adalah acara untuk mempertemukan para pelaku wisata baik pemilik agen perjalanan (buyers) dengan pemilik tempat atau lokasi wisata (sellers) untuk melalukan promosi. Table top/travel dialog dilakukan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata dan lama tinggal wisatawan di Kabupaten Sleman. Upaya promosi ini diikuti oleh berbagai pelaku wisata di Kabupaten Sleman seperti Hotel, Resto, dan Destinasi Wisata dan lainnya. Sebanyak 40 pelaku wisata bergabung untuk mempromosikan potensi wisata di Kabupaten Sleman.
Acara Table Top/Travel Dialog dilaksanakan selama 2 (dua) hari pada tanggal 10-11 September 2025. Pada hari pertama. Tanggal 10 September 2025  bertempat di Lotus Garden Hotel & Restaurant di Kota Kediri yang dihadiri 65 (enam puluh lima) Kepala Sekolah SD dan SMP, dan 86 (delapan puluh enam) peserta dari travel agent di Kota Kediri dan sekitarnya. Hadir dalam acara ini Hendro Purwoko, S.Sos, M.Si., perwakilan dari Dinas Pariwisata Kota Kediri. Dalam sambutannya beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman yang telah membidik Kota Kediri sebagai tujuan promosi. Sementara pada hari keduia, tanggal 12 September 2025 acara dilaksanakan di Kabupaten Tulungagung, bertempat di Lojika Hotel yang dihadiri sebanyak 65 Kepala Sekolah SD dan SMP.
Sebagian besar peserta Table Top/Travel Dialog Kabupaten Sleman melaporkan, bahwa  selama kegiatan Table Top/Travel Dialog berlangsung, langsung mendapatkan  reservasi kunjungan, seperti Taman Wisata Candi Borobudur, Ramayana Theatre, Candi Prambanan, Suraloka Zoo, Sate Pak Jede, Lembah Kalasan Resto, Omah Oblong, Mjak Merapi dan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan Table Top/Travel Dialog sangat efektif dalam meningkatkan kunjungan wisata di Kabupaten Sleman. Harapan dari pelaku wisata di Kabupaten Sleman bahwa kegiatan Table Top/Travel Dialog dapat lebih  sering dilakukan dan tidak hanya dilaksanakan di Pulau Jawa tetapi bisa keluar Pulau Jawa, seperti Sulawesi Selatan dan Sumatra Selatan sehingga dapat mendukung capaian IKU Dinas Pariwisata (jumlah kunjungan, lama tinggal, dan belanja wisatawan) dan meningkatkan PAD sektor pariwisata (pajak hotel, pajak resto, dan retribusi ke destinasi wisata).